Bicaramu,
Hilang segala yang telah tersembunyi itu adalah sesuatu yang biasa. Namun, bisakah engkau pada sesuatu yang adanya hanya pada rasa yang tidak berbunyi? Namun, alam ini tidaklah pernah sunyi daripadanya. Ini adalah kenyataan bagi sebuah makna ada. Lawannya bagi tiada. Kita lihat pada sisi bertentangan. Untuk melihat pada ujudnya, maka rasailah pada tiadanya. Hilangnya terasa, kan? Mendambakan kasih pada hakikat cinta orang yang ruju’, apalah salahnya kiranya engkau memakai pakaian seorang darwisy? Maka, tadahkan tempurung hatimu menerima dinar-dinar buat membeli cinta hakiki.
Al-faqir itu tunduk memandang tempurung hatinya.
Hilang segala yang telah tersembunyi itu adalah sesuatu yang biasa. Namun, bisakah engkau pada sesuatu yang adanya hanya pada rasa yang tidak berbunyi? Namun, alam ini tidaklah pernah sunyi daripadanya. Ini adalah kenyataan bagi sebuah makna ada. Lawannya bagi tiada. Kita lihat pada sisi bertentangan. Untuk melihat pada ujudnya, maka rasailah pada tiadanya. Hilangnya terasa, kan? Mendambakan kasih pada hakikat cinta orang yang ruju’, apalah salahnya kiranya engkau memakai pakaian seorang darwisy? Maka, tadahkan tempurung hatimu menerima dinar-dinar buat membeli cinta hakiki.
Al-faqir itu tunduk memandang tempurung hatinya.
Membilang-bilang dinar dan dirham zikir yang tidak putus-putus.
''Mengapa engkau tidak membeli pakaian baru dengan dinar dan dirham itu?''
Al-faqir itu diam.
Menerawang latifah rabbaniahnya bersama denting-denting dinar dan dirham itu, persoalan itu tidak dihiraukannya.
''Mengapa engkau tidak membeli pakaian baru dengan dinar dan dirham itu?''
Al-faqir bangun dan dia berhujah.
''Aku selamanya adalah seorang darwis, dan seorang darwis adalah Al-faqir.
Engkau adalah Sang Raja, dan tidaklah aku menghinakan diriku melainkan aku memuliakan DiriMU.
0 comments:
Post a Comment